Minggu, 02 Juli 2017

Isu Manajemen di Kelas Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah

         Kelas SD dan SMP/SMA mengandung banyak isu manajemen yang mirip pada semua level pendidikan, manajer kelas yang baik mendesain lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi problem secara efektif, dan menggunakan strategi komunikasi yang baik.
         Akan tetapi, prinsip manajeman kelas yang baik terkadang diaplikasikan secara berbeda disekolah dasar dan menengah karena perbedaan strukturnya. Di banyak SD, guru harus menghadapi 20 sampai 25 murid selama seharian. Di SMP dan SMA, guru menghadapi lima tau enam kelompok terdiri dari 20 sampai 25 murid selama 50 menit satu hari. Dibandingkan dengan sekolah menengah, murid SD menghabiskan lebih banyak waktu dengan murid yang sama dikelas kecil, dan berinteraksi dengan orang yang selama seharian sehingga bisa menimbulkan kebosanan dan problem lain. Akan tetapi, dengan 100 sampai 150 murid, guru disekolah menengah atas menghabiskan lebih sedikit waktu dengan murid di kelas, akan lebih sulit bagi mereka untuk membangun hubungan personal dengan murid. Dan guru sekolah menengah harus bergerak cepat dan mengelola waktu dengan efektif karena periode kelasnya pendek.

       Dibandingkan di SD, problem sekolah menengah dapat lebih lama dan dalam karenanyalebih sulit untuk dimodifikasi. Juga, problem disiplin di sekolah menengah biasanya lebih berat, murid lebih mungkin membangkang pada aturan dan bahkan bertindak bebahaya. Karena kebanyakan murid sekolah menengah punya keterampilan penalaran yang lebih maju dibandingkan murid SD. Mereka munkin menginginkan penjelasan yang lebih logis dan masuk akal tentangauran dan disiplin yang diberlakukan. Dan juga disekolah menengah, sosialisasi perbedaan –perbedaan antara sekolah dasar dan menengah ini saat kita membahas cara mengelola kelas secara efektif. Seperti yang akan kita lihat nanti, baik di level sekolah dasar maupun menengah, kelas bisa jadi dapat, kompleks, dan kacau.


Kelas Padat, Kompleks, dan Berpotensi Kacau

            Dalam menganalisa lingkungan kelas, Walter Doyle (1986) mendeskripsikan enam karakteristik yang merefleksikan kompleksitas dan potensi problemnya :

-          Kelas adalah muitidimendional

-          Aktivitas terjadi secara simultan

-          Hal-hal terjadi ecara cepat

-          Kejadian sering kali tidak dapat diprediksi

-          Hanya ada sedikit privasi

-          Kelas punya sejarah

Mendesain Lingkungan Fisik Kelas

1. Prinsip penataan kelas

Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang.Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid.Materi pengajaran dan perlengkapan murid harus mudah di akses.Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. 

2. Gaya penataan

a. Penataan kelas standar

Gaya auditorium, yaitu semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak ke mana saja. Gaya auditorium sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang memberi presentasi di kelas.Gaya tatap muka (face to face), yaitu murid saling mengahadap. Gangguan dari murid-murid akan lebih besar pada susunan ini ketimbang pada susunan auditorial.Gaya off-set, yaitu sejumlah murid (biasanya tiga atau empat anak) duduk di bangku  tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gangguan dalam gaya ini lebih sedikit ketimbang gaya tatap muka dan efektif untuk kegiatan pembelajaran kooperatif.Gaya seminar, yaitu sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk disusunan berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U.Gaya klaster (cluster), yaitu sejumlah murid (biasanya 4 sampai 8 anak) bekerja dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif. 

b. Personalisasi kelas

      Menurut pakar kelas Carol Weinstein dan Andrew Mignano (1997), kelas sering kali mirip dengan kamar hotel, nyaman tetapi impersonal, tidak mengungkapkan apapun tentang orang yang menggunakan ruang itu. Untuk mempersonalisasikan kelas, pasang foto murid, karya seni, tugas, diagram tanggal lahir murid (untuk murid SD), dan ekspresi murid yang positif.
Menciptakan Lingkungan yang Positif untuk Pembelajaran

Strategi Umum

1.  Menggunakan gaya otoritatif

Strategi manajemen kelas otoritatif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku yang independen tetapi strategi ini masih menggunakan sedikit monitoring murid. Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Guru yang otoritatif akan menjelaskan aturan dan regulasi, serta menentukan standar dengan masukan murid.

Gaya otoritatif bertentangan dengan strategi otoritarian dan permisif yang tidak efisien. Gaya manajemen kelas otoritarian adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan pembelajaran. Guru otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka. Murid di kelas otoritarian ini cenderung pasif, mengekspresikan kekhawatiran tentang perbandingan sosial, dan memiliki ketrampilan komunikasi yang buruk.

Gaya manajemen kelas permisifmemberi banyak otonomi pada murid tapi tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran atau pengelolaan perilaku mereka. Output yang dihasilkan yaitu murid memiliki ketrampilan akademis yang tidak memadahi dan pengendalian diri yang rendah.


2. Mengelola Aktivitas Kelas Secara Efektif (Jacob Kounin, 1970)

a)  Menunjukkan seberapa jauh mereka “mengikuti”. Kounin menggunakan istilah “withitness” untuk mendeskripsikan strategi dimana murid senantiasa mengikuti apa yang terjadi. Guru seperti ini akan selalu memonitor murid secara reguler.

b) Atasi situasi tumpang tindih secara efektif. Contohnya ketika berjalan keliling ruangan dan memeriksa pekerjaan murid, matanya tetap mengawasi seluruh kelas.

c) Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran. Manajer yang efektif akan menjaga aliran pelajaran tetap lancar, mempertahankan minat murid, dan menjaga murid agar tidak mudah terganggu. Guru sebaiknya jangan meninggalkan aktivitas yang sedang berjalan dengan alasan yang tidak jelas.

d) Libatkan murid dalam aktivitas yang menantang. Aktivitas menantang yang dimaksud bukan aktivitas yang terlalu sulit. Murid sering bekerja secara independen ketimbang diawasi oleh guru.


Membuat, Mengajarkan, serta Mempertahankan Aturan dan Prosedur

1. Membedakan Aturan dan Prosedur

Peraturan maupun prosedur adalah pernyataan ekspektasi tentang perilaku (Evertson, Emma, & Worsham, 2003). Aturan fokus pada ekspektasi umum atau khusus atau standar perilaku. Contoh aturan umum yaitu “Hargai orang lain” sedangkan contoh aturan khusus yaitu “Dilarang mengunyah permen karet di kelas”.

Prosedur (routines) juga berisi ekspektasi tentang perilaku namun biasanya diterapkan untuk aktivitas spesifik dan digunakan untuk mencapai tujuan, bukan untuk melarang perilaku tertentu atau menciptakan standar umum. Contoh prosedur : untuk meninggalkan ruangan (ijin pergi ke kamar kecil), kembali ke ruangan (setelah jam makan siang), dan mengakhiri hari (setelah membersihkan meja).


2. Mengajarkan Aturan dan Prosedur

Cara terbaik untuk membuat murid belajar tentang peraturan dan prosedur adalah dengan melibatkannya (diskusi) dalam menentukan peraturan dan prosedur tersebut. Hal ini akan mendorong mereka untuk memikul tanggung jawab lebih atas perilaku mereka sendiri (Emmer, Evertson, & Worsham, 2003).


Membuat Murid Bekerja Sama

A.    Mengembangkan hubungan yang positif dengan murid

B.    Membuat murid berbagi dan memikul tanggung jawab

C.    Memberikan hadiah terhadap perilaku yang tepat

D     Memilih penguat yang efektif

E      Menggunakan Prompts (dorongan) dan Shaping (pembentukan) secara efektif


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About