. PEDAGOGI
Dasar teori-teori dan asumsi itulah kemudian
tercetus istilah “pedagogi” yang akar-akarnya berasal dari bahasa Yunani, paid berarti
kanak-kanak dan agogos berarti memimpin. Secara lebih tepatnya, pedagogi mewujudkan
pendidikan yang berfokuskan guru.
Dalam suatu model pedagogi, guru memikul tanggungjawab untuk
membuat keputusan tentang apa yang akan dipelajari, dan bagaimana ia akan
dipelajari, dan kapan ia akan dipelajari. Guru mengarahkan pembelajaran.
Sebuah penejelasan bagi pendekatan yang berfokuskan guru kembali
kita ke jaman Calvinist yang percaya pada kebijaksanaan adalah sesuatu yang
jahat.Mereka mendampingi/mendukung para dewasa untuk mengarahkan, mengontrol,
dan akhirnya pembelajaran anak-anak agar mereka tetap bodoh/lugu.
Teori lainnya mempertahankan bahwa sekolah-sekolah pada abad
ke-7, di organisir untuk mempersiapkan anak muda untuk menjadi kependetaan.
Ditemukan bahwa indoktrinasi merupakan cara yang paling ampuh untuk menanamkan
suatu keyakinan/kepercayaan. Beberapa abad kemudian, sekolah yang diorganisisr
tersebut menerapkan suatu pendekatan yang sama meskipun hasilnya menjadi
sesuatu yang tidak membuat orang bodoh/lugu dan juga tidak membuat orang
menyendiri/tertutup.
Jhon Dewey percaya bahwa sekolah formal telah jatuh dan
kehilangan potensinya.Dewey menekankan pembelajaran melalui kegiatan yang
bervariasi dari pada suatu pembelajaran di mana kurikulum diatur guru secara
tradisonal.Ia percaya bahwa, anak-anak belajar lebih banyak dari pengalaman
yang terpadu dari pada instruksi yang bersifat autoritarian. Ia yakin berasal
dari suatu filsafat pendidikan yang berfokuskan pada pelajar. Ia memegang
prinsif bahwa pembelajaran adalah hidup itu sendiri dan bukan hanya membuat
persiapan terhadap pendidikan itu sendiri.
Pendidikan dewasa juga telah menjadi korban dari model yang
dipusatkan pada guru. Pada tahun 1926, Asosiasi Pendidikan Dewasa Amerika mulai
dan dengan cepat mengkaji cara yang lebih baik untuk mendidik orang dewasa.
Yang dipengaruhi oleh Dewey, Edwar C. Linderman menulis dalam arti dari
pendidikan dewasa.
Sistem akademik kita telah tumbuh dengan tatanan yang berlawanan
arah.Subjek dan guru merupakan titik awal.Sedangkan pelajar menjadi sesuatu
yang di nomor duakan. Di dalam pendidikan yang konvensional si pelajar dituntut
untuk menyesuaikan dirinya kepada suatu kurikulum yang telah terbuat secara
baku. Sangat banyak pembelajaran terdiri dari pergantian “vicarious” (seperti
merasakan sendiri dari pengalaman orang lain) dari penglaman seseorang dan ilmu
pengetahuan seseorang. Ilmu psikologi mengajarkan kita bahwa kita belajar apa
yang kita lakukan …. Pengalaman adalah texs book pembelajaran yang paling hidup
bagi pelajar.
Sayangnya, hanya beberapa dari teori Dewey dan Linderman dapat
diterapkan dalam pembelajaran modern baik itu untuk anak-anak maupun
dewasa.Satu abad setelah Dewey mengusulkan pendidikan yang berfokuskan pada
siswa, hampir semua pendidikan formal juga masih berfokuskan pada guru.
Sebagai akibatnya, banyak pelajar meninggalkan sekolah dan
kehilangan minat dalam pembelajaran.Bahkan seorang guru yang berniat baikpun
dapat memadamkan insting pembelajaran yang bersifat alami dengan mengontrol
lingkungan pembelajaran.Dengan orang dewasa, beberapa memandang pembelajaran
sebagai suatu kegiatan yang melahkan dan membosankan.
Dalam usaha untuk memformulasikan suatu teori pemebelajaran
dewasa yang komprehensif, Malcolm Knowels, tahun 1973, menerbitkan sebuah buku
tentang “Siswa dewasa” : Suatu spesis yang terlantarkan. Membangun dari apa
yang telah dilakukan Linderman, Knowels menegaskan bahwa orang dewasa
membutuhkan kondisi-kondisi tertentu untuk melakukan pembelajaran. Ia meminjam
instilah andragogi untuk mendefinisikan dan menjelaskan kondisi-kondisi
tersebut.
Andragogi
Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno:
"aner", dengan akar kata andr, yang berarti orang dewasa, dan agogus
yang berarti membimbing atau membina.
Andragogi, pada mulanya diartikan sebagai :
seni dan ilmu yang bertugas untuk membantu dewasa belajar. Istilah tersebut
dewasa ini mendefinisikan suatu alternatif terhadap pedagogi dan mengacu kepada
pendidikan yang berfokuskan pada siswa untuk semua umur.
Knowels sendiri mengaku bahwa 4 dari kunci
asumsi andragogi terterapkan secara seimbang baik itu untuk anak-anak atau
dewasa. Perbedaan yang mendasar yaitu anak-anak memiliki pengalaman yang lebih
sedikit dari pada orang dewasa
Dalam jaman informasi ini, implikasi dari suatu gerakan dari
yang berbasiskan guru menjadi yang berbasiskan siswa sesuatu hal yang
mengagetkan. Penundaan atau menekan gejolak ini akan memperlambat kemampuan
kita untuk belajar/mempelajari teknologi baru atau dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan yang kompetitif.
Bagaimana kita dapat mengharapkan menganalisa dan mensintesakan
informasi seperti itu jika kita berpaling pada yang lainnya untuk menetapkan
apa yang seharusnya dipelajari, dan bagaimana yang harus/akan dipelajari dan
kapan yang akan dipelajari ?
Meskipun cucu-cucu kirta mungkin saja bebas dari biasnya
pedagogi, namun sebagian besar dewasa hari ini tidak ditawarkan kemewahan
seperti itu.Untuk sukses, kita harus meninggalkan atau melepaskan
ketergantungan kita pada guru kita.
Kita harus melakukannya sendiri untuk memenuhi pembelajaran kita
sendiri dan menuntut sipenyelenggara pelatihan melakukan hal yang serupa.Untuk
mengetahui tuntutan kita, kita harus tahu bagaimana memproses informasi.
Pembelajaran orang dewasa menurut Knowles
bahkan dapat bertolak dari pedagogi kepada andragogi. Tentang cara belajar
orang dewasa, Knowles memiliki asumsi sebagai berikut:
A. Orang dewasa perlu dibina untuk mengalami perubahan dari
kebergantungan kepada pengajar kepada kemandirian dalam belajar. Orang dewasa
mampu mengarahkan dirinya mempelajari sesuai kebutuhannya.
B. Pengalaman orang dewasa dapat dijadikan sebagai sumber di
dalam kegiatan belajar untuk memperkaya dirinya dan sesamanya.
C. Kesiapan belajar orang dewasa bertumbuh dan berkembang
terkait dengan tugas, tanggung jawab dan masalah kehidupannya.
D. Orientasi belajar orang dewasa harus diarahkan dari berpusat
pada bahan pengajaran kepada pemecahan-pemecahan masalah.