Kamis, 06 April 2017

Pendidikan Multikultural


Pendidikan Multikultural
Pada 1963 Presiden John Kennedy mengatakan “Perdamaian adalah proses harian, mingguan, bulanan, dan opini yang terus berubah pelan-pelan menggerus ringtangan lama, diam-diam membangun struktur baru”. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok kultural. Pendidikan multicultural diharapkan dapat member sambungan untuk mewujudkan apa yang diimpikan oleh pemimpin hak-hak sipil Martin Luther King: sebuah bangsa dimana anak-anak akan dinilai bukan berdasarkan warna kulit, tetapi berdasarkan kualitas karakternya. Tujuan penting dari pendidikan multicultural adalah pemerataan kesempatan bagi semua murid. Ini termasuk mempersempit gap dalam prestasi akademik antara murid kelompok utama dengan kelompok minoritas (Bennett, 2003; Pang, 2001; Schmidt & Mosenthal, 2001).
Sebagai sebuah bidang, pendidikan multikultural mencakup isu-isu yang berkaitan dengan status sosioekonomi, etnisitas, dan gender. Karena keadilan adalah salah satu nilai dasar dari bidang ini, maka reduksi preasangka dan pedagogi ekuitas menjadi komponen utamanya (Banks, 2001). Reduksi prasangka adalah aktivitas yang dapat diimplementasikan guru di kelas untuk mengeliminasi pandangan nergatif dan stereotip terhadap orang lain. Pedagogi ekuitas adalah modifikasi proses pengajaran dengan memasukkan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik itu untuk anak lelaki maupun perempuan dan untuk semua kelompok etnis.  

Memberdayakan Murid
Pemberdayaan (empowerment) berarti member orang kemampuan intelektual dan keterampilan memecahkan masalah agar berhasil dan menciptakan dunia yang lebih adil. Pemberdayaan masih  menjadi tema penting dalam pendidikan multicultural dewasa ini (Schmidt, 2001). Menurut pandangan ini, sekolah harus member murid kesempatan untuk belajar tentang penglaman, perjuangan, dan visi dan berbagai kelompok cultural dan etnis yang berbeda-beda (Bank, 2001, 2002, 2003).
Harapannya adalah hal ini akan meningkatkan rasa harga diri minoritas, mengurangi prasangka, dan memberikan kesempatan pendidikan yang lebih setara, harapan lainnnya adalah hal ini akan membantu murid kulit putih untuk menjadi lebih toleran kepada kelompok minoritas dan agar baik itu murid kulit putih dan kulit berwarna akan mengembangkan beragam perspektif dalam kurikulumnya. Sonia Nieto (1992), seorang keturunan Puerto Rico yang besar di New York City, percaya bahwa pendidikannya membuatnya merasa latar belakang kulturalnya kelihatan agak buruk. Dia memberikan rekomendasi sebagai berikut:
·         Kurikulum sekolah harus jelas antirasi dan antidiskriminasi. Murid harus bebas mendiskusikan isu etnis dan diskriminasi.
·         Pendidikan multikultural harus menjadi bagian dari setiap pendidikan murid. Semua murid harus menjadi bilingual dan mempelajari perspektif cultural yang berbeda-beda.
·         Murid harus dilatih untuk menjadi sadar budaya (kultur). Ini berarti mengajak murid untuk lebih terampil dalam menganalisan kultur dan lebih menyadari faktor historis, sosial, dan politik yang membentuk pandangan mereka tentang kultur dan etnis.

Pengajaran yang Relevan Secara Kultural
Pengajaran yang relevan kultural adalah aspek penting dari pendidikan multicultural (Gay, 2000; Irvine & Armento, 2001). Pelajaran ini dimaksudkan untnuk menjalin habungan dengan latar belakang kultural dari pelajar (Pang, 2001). Pakar pendidikan multicultural percaya bahwa guru yang baik akan mengetahui dan mengintegrasikan pengajaran yang relevan secara kultural kedalam kurikulum karena akan membuat pengajaran menjadi lebih efektif (Diaz, 2001).
Pendidikan yang Berpusat pada Isu
Dalam pendekatan ini, murid diajari secara sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan keadilan social. Pendidikan ini tak hanya mengklarifikasi nilai, tetapi juga mengkaji alternative dan konsekuensi dari pandangan tertentu yang dianut murid.
Meningkatkan Hubungan di Antara Anak dari Kelompok Etnis yang Berbeda-beda
Kelas Jigsaw, dikelas ini murid dari berbagai latar belakang kultural yang berbeda diminta bekerja sama untuk mengerjakan beberapa bagian yang berbeda dari suatu tugas untuk meraih tujuan yang sama. Terkadang strategi kelas Jigsaw ini dideskripsikn sebagai upaya untuk menciptakan tujuan utama atau tugas bersama untuk murid .




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

About